Jangan Merugikan Mahasiswa

Bagaikan tersengat listrik, kurikulum baru di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) diperkenalkan secara serentak ke semua program di semester ganjil 2006. Akibatnya, banyak pendidik, khususnya peserta didik, menjadi resah, resah, bahkan ketakutan. .

Namun, ini bisa menjadi kabar baik bagi siswa baru. Kurikulum ini menjadi efisien. Jumlah total kredit untuk gelar tidak melebihi rata-rata 145 kredit. Hal ini memungkinkan siswa untuk mempercepat pendidikannya, yang sebelumnya memakan waktu rata-rata 4-5 tahun atau bahkan 3,5 tahun. Sementara itu, bagi sebagian mahasiswa tingkat 4 ke atas, hal tersebut telah mengganggu harapan dan cita-cita kelulusan mereka. Mata kuliah kontraktual yang ditinggalkan mahasiswa pada kurikulum lama tersebar pada semester genap dan ganjil pada kurikulum baru. Belum lagi banyak kursus baru yang membutuhkan kontrak. Ini berarti Anda tidak dapat menyewa kursus PPL (sekarang PLP) secara legal per semester. Mereka harus mentransfer PPL ke semester berikutnya dan segera menunda kelulusan. Tentu saja, itu hanya membuang-buang waktu, tenaga dan uang bagi mereka.

Ada juga perbedaan besar antara persentase mata kuliah di semester ganjil dan genap. Akibatnya, terjadi lonjakan kontrak kursus di mana kontrak harus memenuhi syarat. Pada program bahasa dan sastra Indonesia, mahasiswa semester 3 telah mengambil mata kuliah sintaksis dan belum lulus mata kuliah morfologi yang dipindahkan ke semester 2. , siswa harus memahami morfologi.

Baca Juga


Beberapa orang merasa bahwa kurikulum saat ini telah dilaksanakan dengan tergesa-gesa, seperti pembuatan film sinetron yang mereka kejar, namun ia membantah tudingan tersebut dengan mengatakan bahwa kajian dan pertimbangan ekstensif telah diberikan untuk pengembangan kurikulum oleh tim penyusun kurikulum. . . Mulai lagi. Namun, ketika dimintai informasi mengenai batas waktu penyelesaian rencana studi, pihak rektorat, fakultas, dan program studi memberikan jawaban berbeda. Ada yang bilang 2 bulan, 6 bulan, setahun atau lebih. Informasi ini jelas menyesatkan dan dapat berdampak buruk bagi organisasi UPI juga.

Sekarang mari kita berpikir; Pada bulan Juni, kurikulum departemen baru disosialisasikan. Sementara orientasi akademik berlangsung pada Juli-Agustus, pendaftaran dilakukan pada Agustus dan implementasi kurikulum dilakukan pada awal September. Maka tidak heran jika siswa merasa cemas dan stres terhadap mata pelajaran yang sedang dikerjakannya. Sementara itu, pembimbing akademik seperti konselor tidak ada untuk menjawab pertanyaan dan kebingungan mahasiswa.

Bagi siswa kelas IV program pendidikan bahasa dan sastra Indonesia untuk memunculkan solusi kreatif yang “bahkan mengejutkan”, tekanan pada siswa dapat dimaklumi. Mata kuliah dari semester yang setara dapat dibeli di semester yang berbeda sehingga mahasiswa dari semester yang setara dapat melakukan PPL tanpa mengambil mata kuliah apapun. Di FPOK, mahasiswa PPL dapat mengambil mata kuliah dengan batas kredit tertentu. Beberapa jurusan di FMIPA mengantisipasi hal tersebut dengan merencanakan mata kuliah yang tidak biasa bahkan bisa diprediksi.

Apapun kebijakan rektorat, jelas tujuannya untuk memperbaiki bentuk UPI. Sehingga tidak menjadi beban bagi siswa. Jangan biarkan kebijakan merugikan siswa, guru, dan cendekiawan lainnya dalam jangka pendek dan panjang.
tajuk rencana
www.isola-pos.upi.edu

Related Posts

0 Response to "Jangan Merugikan Mahasiswa"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel