Cerita dari “Republik Pandora”

Dewa Zeus memberikan peti mati tersembunyi kepada patung dewa Hephaestus yang indah, yang diberi kehidupan oleh dewa Zeus, putri Pandora. Tidak ada yang bisa membuka kotak surat, termasuk sang putri. Penasaran, sang putri membuka kotak itu. Ketika dia membukanya, segala macam keburukan dan kemarahan keluar dan kemudian menyebar ke tanah. Bentuk kecil tetap ada di dalam kotak, yaitu "Harapan". Ini adalah cerita, atau lebih tepatnya dongeng, dari mitologi Yunani. dari

Mengingatkan pengunjung saat memasuki Sanggar Seni Rupa (SSB) Bandung bersama Himpunan Mahasiswa Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Studio Jeihan pada tanggal 8-15 Agustus 2008 (Himasra) dan pameran seni rupa “Republic of Pandora” yang diselenggarakan oleh Sanggar . 229 UPI, Jalan Padasuka 145, Bandung.

Pameran tunggal Azasi Adi terinspirasi dari mitologi Yunani yang menjaga negara Indonesia yang penuh dengan bencana ulah manusia, pemerintahan negara dan kerusakan moral rakyatnya. Karya-karya yang dipamerkan sarat kritik dan mencerminkan situasi terkini di Indonesia. Dari semua karyanya hanya delapan bab yang secara tematis disebut vila. Itu bertepatan dengan pembukaan pameran pada pukul 20:00 pada tahun 2008. Subjek lukisannya juga kelipatan delapan, seperti subjek kelemahan manusia di puncak Patung Rayap, kelipatan delapan. .

Baca Juga


"Hampir semua hal ini sangat figuratif", kata Azasi. Nama-nama provinsi tersebut adalah Provinsi Syahvat, Provinsi Banjut, Provinsi Wrath, Provinsi Rayap, Provinsi Korupsi, Provinsi Lumpur, Provinsi Kalamity dan yang terakhir adalah Provinsi Harapan. Metafora untuk sesuatu yang tersisa di kotak Pandora. Azazi menghadirkan bab tentang citra sebagai harapan terakhir dari kesengsaraan dan kemaksiatan bangsa ini. “Menikmati pameran tunggal Azazi Adi ini seperti membaca buku bab demi bab, karena itulah keistimewaan Azazi,” kata Jakob Sumardjo, guru besar seni rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) dan guru besar seni rupa UPI.

Segala macam bencana yang dilihat Azain tidak hanya disebabkan oleh alam, tetapi juga oleh sumber daya manusia yang tidak dapat ia sentuh. Pemikirannya dapat dibaca di Provinsi Bencana. Karyanya sangat simbolis, menampilkan warna sebagai perlambang benda-benda yang menyebabkan kemalangan, serta aktivitas manusia. Misalnya, karya 140 x 140 cm berjudul Polusi adalah campuran media dan kanvas, objeknya hanyalah simbol putih yang terfokus pada asap. Meski berwarna putih, itu beracun," kata Azazi. Atau karya lain bernama tsunami berwarna biru yang melambangkan laut.

Menurut kurator yang ditunjuk Entri Somantri, alumnus Pendidikan Seni Rupa UPI 2003, warna ikon yang ditampilkan sudah umum dipahami oleh masyarakat.

Provinsi Koror, misalnya, lebih kritis terhadap korupsi dari bawah ke atas dan hal-hal kecil. Karya ini memiliki dua bentuk, bentuk persegi panjang dengan ukuran 60 x 120 cm menyerupai uang kertas, dan bentuk lingkaran dengan diameter 120 cm menyerupai uang logam. Lukisan itu memiliki dua sisi, subjeknya adalah pasar ikan dan pasar buah. Subjek korupsi adalah jual beli, persaingan dan praktik penipuan, pencurian, dll. ditempatkan di pasar, bukan barangnya.

Bencana memilukan di Indonesia juga terlihat pada penemuan Azas di negara bagian Lumpur. Dia berharap, bencana lumpur itu bisa dijadikan objek wisata seperti banjir Lapindo yang melanda masyarakat Sidoarjo. Dari objek itu, Azasi membuat tanda tanya di atas lukisan itu.

Realitas bahwa rakyat Indonesia saat ini menderita sebagai orang bodoh dapat dilihat pada karya-karya yang dilakukan di provinsi Banjut atau dapat diartikan sebagai kekerdilan. Objek hanya menampilkan ekspresi wajah perempuan, wajah perempuan dipilih karena sebagian besar korban penipuan dan pengebirian adalah perempuan atau topeng berbasis perempuan. Misalnya, kata Azasi, banyak laki-laki yang menyamar sebagai perempuan (istri). Atau gaya hidup atau fashion masyarakat yang semu selalu diasosiasikan dengan wanita. Karya berukuran 40 x 50 x 15 cm berbentuk kotak dengan tempat foto di dalamnya.

Ada pekerjaan lain yang lebih benar dan tepat waktu pada keadaan jiwa. Benda tersebut hanyalah sebuah sepatu berukuran 140x140 cm dengan tulisan Business Asusual di sebelahnya. Ujung sepatu ditempatkan di lubang sepatu. Objek tersebut melibatkan homoseksualitas, seperti milik Ryan. Azazi yang menggunakan cat akrilik di atas kanvas mengungkapkan pendapat tentang seks yang tidak sesuai dengan norma dan kewajaran.

Patung Harappan adalah sejarah yang disajikan dalam bentuk artistik oleh Azasi. Seperti yang dikatakan Jacob Sumarjo sebelumnya, seperti membaca buku bab demi bab, jadi provinsi ini bab terakhir. Harapan adalah salah satu doa kepada Tuhan agar semua yang terjadi pada bangsa ini segera berakhir. Mendekati Yang Maha Kuasa dan peduli terhadap sesama. Pengunjung bisa melihat karya berukuran 90 x 70 cm berjudul "Doa Kecil". Posisi lukisan vertikal, karena merupakan bentuk hubungan manusia dengan Tuhan. Ketika bahan tabung dipisahkan dan ditempel di papan media, itu bisa mengungkapkan pikiran orang untuk berdoa sesuai dengan keyakinannya.

Jika posisi vertikal adalah hubungan antara manusia dan Tuhan, karya lain dari provinsi yang sama disebut "Kepedulian Kecil", dan objek orang yang peduli muncul dalam posisi horizontal, 70 x 90 cm. Mengunjungi negara Harappan, Azasi Adi mengajak masyarakat untuk menemukan makna agama, humanisme dan pemikiran peristiwa di Indonesia.
http://isola-pos.upi.edu
[rudin]

Related Posts

0 Response to "Cerita dari “Republik Pandora”"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel