Sosilinguistik : KEDWIBAHASAAN DAN DIGLOSIA


bahasa kontak

Kontak bahasa terjadi ketika seorang penutur yang menguasai dua bahasa atau lebih menggunakan bahasa yang dikuasainya secara bergantian. Kontak linguistik terjadi secara individual di dalam penutur. Orang yang terjadi kontak bahasa disebut bilingual, dan kasus di mana dua bahasa digunakan secara bergantian disebut bilingual.

Kontak bahasa terjadi dalam situasi konteks sosial, yaitu situasi belajar bahasa, proses pemerolehan bahasa kedua disebut bilingualisme atau kedwibahasaan, dan orang yang mempelajari bahasa kedua disebut dwibahasawan.

Mackey (dalam Suwito, 1985) memberikan pengertian kontak bahasa sebagai pengaruh bahasa

satu bahasa ke bahasa lain, secara langsung atau tidak langsung, mengakibatkan perubahan dalam sebuah eculingu. Kontak bahasa lebih merupakan gejala bahasa (langue) dan kedwibahasaan merupakan gejala bahasa (parole), tetapi kedwibahasaan terjadi sebagai akibat dari kontak bahasa. Istilah kontak lidah disebut juga kontak lidah.

dua bahasa
Kedwibahasaan muncul dari perbedaan kontak bahasa dan merupakan istilah yang relatif. Berikut adalah beberapa definisi dari bilingualisme.

1. weinrich
Kedwibahasaan adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian

2. Lapangan mekar
Merumuskan bilingualisme sebagai penguasaan dua bahasa yang setara atau bahasa ibu sebagai penguasaan dua bahasa. Menguasai dua bahasa dengan kelancaran dan ketepatan yang sama dengan penutur asli sangat sulit diukur.

3. kekhususan
Merumuskan kedwibahasaan sebagai kebiasaan seseorang dalam menggunakan dua bahasa atau lebih (penggunaan alternatif dua bahasa atau lebih oleh orang yang sama). Luasnya pendapat tersebut diungkapkan pada tataran bilingualisme dalam arti penguasaan unsur gramatikal, leksikal, semantik, dan stilistika, yang tercermin dalam empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

4. Hagen
Mendemonstrasikan kedwibahasaan dengan mengetahui dua bahasa (bilingualisme), hanya mengetahui dua bahasa secara pasif, atau memahami dua bahasa tanpa berbicara.

5. lembu
Dia berargumen bahwa bilingualisme tidak hanya milik individu, tetapi harus diperlakukan sebagai bagian dari kelompok untuk memungkinkan masyarakat bilingual. Hal ini terlihat di Belgia dengan penghentian bahasa Belanda dan Prancis sebagai bahasa negara, di Finlandia dengan penghentian penelitian dan bahasa Swedia. Di Montreal, Kanada, warga menggunakan bahasa Inggris dan Prancis secara bergantian, sehingga orang Montreal menganggap diri mereka bilingual.

Dengan demikian, kedwibahasaan erat kaitannya dengan penggunaan dua bahasa atau lebih yang dipertukarkan oleh masyarakat dwibahasa atau bilingual.

C.diglosi
Agak mirip dengan bilingualisme, diglosia adalah penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat, namun masing-masing bahasa memiliki fungsi atau peran yang berbeda dalam konteks sosial. Terdapat pembagian peran bahasa dalam masyarakat dwibahasa, terbukti dengan adanya ragam tinggi dan rendah yang digunakan dalam ragam sastra dan nonsastra dan dipertahankan dengan adanya dua ragam dalam masyarakat dan dengan pemerolehan dan bahasa. . belajar menabung.

D. Hubungan antara bilingualisme dan diglosia
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa bilingualisme dan diglosia berkaitan dengan dominasi dua bahasa atau lebih dalam masyarakat, berikut hubungan keduanya.

1. Masyarakat Dwibahasa dan Diglous
yaitu orang yang mengenal dua atau lebih bahasa yang digunakan secara bergantian, tetapi masing-masing bahasa memiliki perannya masing-masing. Misalnya masyarakat Indonesia dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa daerah sebagai bahasa perusahaan. Itu juga dapat dilihat di Malaysia dalam bahasa Inggris dan Melayu, di Filipina dalam bahasa Inggris dan Tagalog, dan di Haiti dalam bahasa Prancis dan Kreol Haiti.

2. Orangnya bilingual, tapi tidak diglossik
yaitu, orang yang fasih dalam dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian dan setiap bahasa memainkan peran yang sama. Hal ini terlihat pada masyarakat Montreal, Kanada.

3. Orang tidak bilingual tapi diglos
itu adalah gambaran masyarakat karena ikatan negara terdiri dari dua kelompok, masing-masing bernilai sama, yang membutuhkan kehadiran juru bahasa selama komunikasi. Gambaran serupa muncul di Eropa sebelum Perang Dunia II.

4. Orang tidak bilingual dan tidak jelas
itu adalah citra masyarakat elinguistik murni tanpa perubahan penggunaan. Saat ini sangat sulit membayangkan masyarakat non-dwibahasa dan biasa-biasa saja.

0 Response to "Sosilinguistik : KEDWIBAHASAAN DAN DIGLOSIA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel