Menggali Esensi Kebudayaan Lama
Pengarang: Hendry Hidet
Disadari atau tidak, perkembangan kebudayaan Indonesia tidak lepas dari peran kebudayaan kuno/kuno. Kebudayaan kuno merupakan cerminan dan bentuk kebudayaan awal yang membentuk kebudayaan Indonesia selanjutnya. Namun masalahnya generasi muda saat ini tidak mengenal budaya lama. Dalam situasi demikian, berarti terjadi ketidakseimbangan budaya, tidak ada sinkronisitas antara budaya lama dengan budaya sekarang.
Berkaitan dengan konsep budaya terpadu, hubungan antara budaya kuno dan budaya modern harus erat kaitannya. Kenapa gitu? Karena inilah jati diri bangsa kita yang sebenarnya. Jika kita tidak lagi menghormati budaya kuno, sepertinya hanya tersisa kenangan akan orang-orang yang pernah dianggap sebagai pilar budaya dunia.
Mencermati literatur kuno untuk mempelajari budaya Indonesia merupakan usaha yang erat kaitannya dengan perkembangan bangsa Indonesia. pembangunan negara
Ini menimbulkan sifat yang sangat kompleks dari alam mental dan spiritual. Sastra kuno adalah sumber yang kaya untuk mempelajari unsur-unsur spiritual ini. Dalam hal ini, masyarakat Indonesia bisa berbangga dengan dokumentasi sastra kuno yang merupakan khazanah kekayaan yang tak ternilai harganya. Sastra Indonesia Kuno yang terdapat di berbagai daerah seperti Jawa, Melayu, Sunda, Madura, Bali, Aceh, Makassar, dan Bugis, merupakan rekaman budaya masa lalu Indonesia yang berisi tentang kehidupan, gagasan, ajaran etika, petuah, hiburan, berbagai aspek kehidupan. . gambar: Mengandung. Pertarakan, termasuk kehidupan beragama pada masa itu.
Untuk memahami hasil sastra, khususnya sastra kuno, pengetahuan yang memadai tentang aktivitas kreatif dan asal usul sosial budaya karya sastra akan sangat membantu. Pengetahuan sosiokultural yang mencakup kepercayaan, agama, gaya hidup, tradisi, pengetahuan sosial, politik dan ekonomi (Wellek, 1956:61-61). Menafsirkan kembali latar belakang budaya sastra kuno memerlukan pengetahuan tentang sejarah kehidupan dan penyebarannya. Di antara manfaat mempelajari sastra kuno adalah mempelajari kekayaan dan keagungan budaya seseorang di masa lalu untuk kepentingan membentuk masa kini dan masa depan, memperluas pandangan hidup seseorang, dan memperluas pengetahuan seseorang tentang dunia yang lebih luas di luar masyarakat.
Generasi mendatang harus mendapatkan manfaat dari warisan yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Sisa-sisa ini harus diamati, digali dan hasilnya dipublikasikan. Dengan demikian, persepsi tentang nusantara tidak hanya terbatas pada wilayah atau suku saja, tetapi akan lebih luas.
Mempelajari sejarah sangat penting dalam kehidupan. Tiga keuntungan yang dapat diperoleh dalam mempelajari sejarah (Nugroho Notosusanto, 1964:61), yaitu:
1. Mendidik.
2. Menginspirasi dan menginspirasi.
3. Memberi kesenangan atau kesenangan,
Ada beberapa teks nusantara yang memuat fakta sejarah yang bisa penulis jadikan fiksi menarik, seperti Sejarah Malaysia, Hikaat Hang Tuah, dan Babad Tanah Jawi. Mengingat sastra merupakan cermin masyarakat, maka teks sastra kuno sangat penting dan sangat bermanfaat untuk dipelajari jika dikaitkan dengan sejarah bangsa Indonesia. Jika memahami sejarah masa lalu Indonesia, maka arah pembentukan identitas bangsa Indonesia akan semakin jelas.
Misalnya, penggalian naskah Nagarakretagama penting untuk perkembangan negara Republik Indonesia, karena Nagarakretagama saat ini memuat sejarah perkembangan kerajaan Majapahit di masa lalu. Sejarah masa lalu merupakan senjata ampuh yang dapat digunakan untuk menghilangkan hambatan dalam perjuangan budaya untuk membentuk identitas dan masa depan bangsa. Di bawah kepemimpinan Mahapatih Gakah Mada, kerajaan Majapahit mampu menyatukan kerajaan-kerajaan kecil di Nusantara. Perkembangan kerajaan Majapahit enam abad yang lalu merupakan titik temu dengan perkembangan negara kesatuan Republik Indonesia saat ini, meskipun keadaannya berbeda (Slametmulyana, 1979).
Hal itu bisa dipelajari melalui teks-teks Tajussalatin dan Bustanussalatin, berdasarkan sejarah Islam dengan contoh-contoh berupa epos, beserta Al-Qur'an dan hadits, berargumentasi di sana-sini. Kedua karya ini adalah hasil sastra kuno yang disiapkan oleh raja, menteri, jenderal, bendahara, sekretaris, duta besar, dan pejabat kerajaan lainnya yang melawan Tuhan dan rakyat; begitu pula sebaliknya, apa saja kewajiban yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Untuk Tuhan dan Manusia (Siti Chamamah, 1981; Khalid Hussain, 1966). Sudah lama diketahui bahwa lambang negara Bineka Tungal Ikan bukanlah bahasa Sansekerta. Ungkapan ini diambil dari kitab kuno Sutasoma javera (CXXXIX, 5). Unsur Sanskerta hanya kata bhinna (Haryati Soebadio, 1983: 556 dan 561).
perpustakaan referensi
Keinginan saya membuat saya menulis
SADI, SURIPAN, MUTIARA YANG TERLUPAKAN, HICKI KATIM, 1991.
Mata Kuliah Cerita Rakyat Universitas Pendidikan Indonesia
Kamus Besar Indonesia Edisi 3, Balai Pustaka
0 Response to "Menggali Esensi Kebudayaan Lama"
Posting Komentar