Analisis Semiotik
Jika Anda menyukai apa yang disebut puisi, Anda harus mengetahui istilah ilmiah semiotika. Semiotika sendiri berasal dari kata Yunani semeion yang artinya tanda. Semiotika adalah studi tentang tanda, fungsi tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang memiliki arti lain bagi seseorang. Segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuktikan dapat disebut sebagai tanda. Oleh karena itu, simbol tidak terbatas pada objek. Kehadiran suatu peristiwa, tidak adanya suatu peristiwa, struktur yang ditemukan adalah suatu benda, suatu kebiasaan, semua ini dapat disebut benda. Sebuah bendera, isyarat tangan, ucapan, keheningan, kebiasaan makan, iseng-iseng, dorongan gugup, rona merah, simpati tertentu, posisi bintang tertentu, sikap, tangkai bunga, ujung rambut, diam, sebuah gagap ; Bicara cepat, berjalan cepat
Gemetar, menatap, api, keputihan, bentuk tajam, kecepatan, kesabaran, kegilaan, kegelisahan, kurangnya perhatian, semuanya dianggap sebagai tanda. Tentunya dari penjelasan di atas, semiotika dapat dijadikan sebagai acuan untuk mempelajari puisi.
Analisis puisi bertujuan untuk memahami makna puisi. Analisis puisi adalah upaya untuk menangkap dan memahami teks puisi. Sebuah karya sastra adalah struktur yang bermakna. Karya sastra adalah sistem tanda yang masuk akal melalui media bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik atau pemaknaan makna, medium karya sastra bukanlah substansi yang bebas (netral) seperti bunyi-bunyian dalam musik.
Atau warna gambar. Warna cat sebelum dipakai di cat masih netral, tidak masalah. sedangkan kata (bahasa) sebelum digunakan dalam karya sastra sudah merupakan simbol yang maknanya ditentukan oleh konvensi masyarakat. Tanda atau simbol linguistik berupa satuan-satuan bunyi yang memiliki makna menurut konvensi masyarakat. Sistem tanda ini disebut semiotika.
Hal penting pertama dalam bidang semiotika, sistem tanda, adalah makna tanda. Ada dua prinsip dalam pemaknaan tanda, yaitu signifier atau petanda, yang merupakan bentuk tanda, dan petanda atau signified, yang merupakan makna tanda. Berdasarkan hubungan antara penanda dan makna, tiga jenis tanda utama dibedakan: simbol, indikator, dan ikon. Simbol adalah tanda yang hubungan penanda dan petandanya bersifat sama, misalnya gambar kuda menunjukkan kuda yang sebenarnya. Penanda adalah tanda yang menunjukkan hubungan alami antara tanda dan penanda yang bersifat kausal atau kausal. Misalnya, asap berarti api. Simbol adalah tanda yang tidak memiliki hubungan alami antara penanda dan petanda. Hubungan antara keduanya bersifat arbitrer dan berdasarkan konvensi (pakta masyarakat. Misalnya kata ibu berarti “orang yang melahirkan kita”).
Dalam ilmu tanda atau semiotika, pemaknaan bahasa sebagai sistem tanda tingkat pertama disebut pemaknaan. Karya sastra juga merupakan sistem tanda yang didasarkan pada konvensi masyarakat (sastra), karena sastra (karya sastra) merupakan sistem tanda yang lebih unggul daripada bahasa dalam kedudukannya, maka ia dinamakan sistem semiotika tingkat kedua. Makna kata (bahasa) dalam karya sastra ditentukan oleh konvensi sastra. Ini menciptakan makna baru, yaitu sastra. Oleh karena itu, makna sastra adalah makna makna, untuk membedakannya (dari makna bahasa), makna sastra disebut makna (bernama). Di bawah makna puisi (karya sastra) dipahami tidak hanya bahasa, tetapi juga makna bahasa dan suasana hati, perasaan, intensitas makna, makna tambahan (makna) kekuatan liris, penyebab tanda-tanda linguistik. atau tanda-tanda lain yang digunakan oleh konvensi sastra seperti tipografi, diksi, sajak, baris bersajak, pengulangan, dll.
Penulis juga harus mempertimbangkan konvensi bahasa mereka ketika membentuk sistem dan makna dalam karya sastra mereka, karena jika mereka benar-benar meninggalkannya, karya mereka tidak dapat dipahami dan dipahami oleh pembaca. Seperti disebutkan, puisi semantik adalah struktur yang sistematis dan bermakna dari tanda-tanda yang ditentukan secara konvensional. Memahami pantun tidak lebih dari memahami arti pantun. Analisis puisi adalah upaya untuk memahami makna puisi tersebut. Makna puisi adalah makna yang bersumber dari bahasa yang disusun menurut struktur sastra secara konvensional, yaitu makna yang tidak hanya ditentukan oleh makna bahasa, tetapi mengandung makna tambahan berdasarkan makna yang bersesuaian. Konvensi Sastra. Oleh karena itu jelaslah bahwa untuk mempelajari puisi (puisi) perlu dilakukan analisis struktural dan artistik, mengingat puisi merupakan struktur tanda-tanda yang signifikan.
Sastra semiotik mencoba menganalisis karya sastra, khususnya puisi, sebagai sistem tanda dan menentukan konvensi mana yang memberi makna pada karya sastra. Dengan mengamati variasi struktur rima atau hubungan internal (internal) unsur-unsurnya, dihasilkan makna yang berbeda. Kritikus mengisolasi unit yang ada dan konvensi sastra yang berlaku. Unit fungsional adalah mis. B. Aksi, setting, penokohan, satuan bunyi, kelompok kata, kalimat (gaya bicara), satuan visual seperti tipografi, tata letak, satuan garis (bagian) dll.
Akan tetapi, karena sastra adalah ciptaan (imajinatif) melalui bahasa, tanda-tanda utama sebuah karya sastra adalah tanda-tanda linguistik, meskipun ada konvensi makna sastra lainnya yang merupakan konvensi tambahan. Ketentuan tambahan tersebut antara lain: Tentu saja tanda-tanda tersebut sangat erat hubungannya dengan tanda-tanda linguistik, misalnya pengulangan tidak terlepas dari pengulangan kata atau frasa yang berulang yang menimbulkan pengulangan bunyi dan menghasilkan efek intensitas atau efek liris atau efek lainnya. Jadi, ketika menganalisis puisi, seseorang terutama mencari tanda-tanda linguistik dan baru kemudian mencari (menganalisis) tanda-tanda (ekstra) lainnya, yang merupakan konvensi tambahan dalam puisi itu.
0 Response to "Analisis Semiotik"
Posting Komentar