Sosiolinguistik : Campur Kode Bahasa

Tentu saja, perubahan zaman dalam beberapa tahun terakhir semakin mengorientasikan masyarakat bahasa untuk lebih dari sekadar menguasai satu atau dua bahasa. Setelah bahasa Inggris menjadi wajib, diikuti oleh beberapa bahasa Asia seperti Cina dan Jepang.

dan bahasa Korea menjadi bahasa ibu mereka.

Tuntutan untuk menguasai bahasa asing ini lambat laun menyebabkan masyarakat bahasa meninggalkan bahasa ibu mereka. Hal ini membuat bahasa daerah dan bahasa Indonesia semakin terbelakang. Dengan minimnya perkembangan pengetahuan yang disajikan dalam bahasa daerah (dan nasional), istilah dalam bahasa asing lebih banyak ditemukan daripada istilah dalam bahasa daerah.

Baca Juga


Sebut saja istilah teknologi informasi (TI). Pesatnya perkembangan dunia komputer, dikombinasikan dengan sosialisasi istilah sinonim yang sangat terlambat, telah menyebabkan orang lebih menerima istilah bahasa asing daripada padanannya. Tidak hanya itu, kebanyakan orang lebih suka membicarakan IT yang artinya teknologi informasi, daripada TI yang artinya Bahasa Indonesia.

Situasi ini mendorong kebanyakan orang untuk mengacaukan bahasa mereka dengan bahasa asing. Perilaku mencampurkan bahasa asing dengan konstruk bahasa asli, baik itu bahasa daerah maupun bahasa Indonesia, disebut campur kode. Semakin banyak orang melakukan ini, campuran ini akan semakin dapat diterima.

Adapun sumber penyebarannya, kerancuan kode yang menjadi ciri perusahaan secara aktif didukung (dipengaruhi oleh) media. Televisi memainkan peran penting dalam perkembangan perilaku campur kode. Apalagi, media tersebut telah menjadi kebutuhan pertama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Oleh karena itu, tidak heran jika televisi menempati posisi yang sangat kuat sebagai sarana penyebarluasan istilah-istilah dalam bahasa asing. Penggunaan bahasa asing untuk merujuk pada peristiwa juga menyisakan banyak hal yang diinginkan.

Adapun Daftar Acara TV Jumat Kompas, ada sebelas saluran TV yang ditampilkan daftar acaranya. Metro TV diperkirakan merupakan saluran TV yang menggunakan judul program berbahasa asing, terhitung 58,82% dari seluruh siaran hari Jumat. Ikuti Global TV (58,62%) dan Trans7 (45,16%). Sedangkan TPI lebih memilih nama dalam bahasa Indonesia/bahasa daerah, yaitu. hanya 10% dari semua acara satu hari menggunakan bahasa asing sebagai nama acara. Dua tempat berikutnya direbut oleh TVRI (14,34%) dan SCTV (19,04%).

Berikut adalah hasil perhitungan persentase saluran TV dengan kecenderungan penggunaan bahasa asing tertinggi.

*Metron TV
Judul event dalam bahasa Indonesia/bahasa daerah: 41,78% (14 event)
Judul program dalam bahasa asing: 58,82% (20 acara)
* TV Dunia
Judul event dalam bahasa Indonesia/bahasa daerah: 41,38% (12 event)
Judul program dalam bahasa asing: 58,62% (17 acara)
* Trans7
Judul event dalam bahasa Indonesia/bahasa daerah: 54,84% (17 event)
Tugas program dalam bahasa asing: 45,16% (14 acara)
*TVOne
Judul event dalam bahasa Indonesia/bahasa daerah: 63,64% (14 event)
Nama program bahasa asing: 36,36% (8 acara)
* VNT
Judul event dalam bahasa Indonesia/bahasa daerah: 65,63% (21 event)
Nama program bahasa asing: 34,37% (11 acara)
* Trans TV
Judul event dalam bahasa Indonesia/bahasa daerah: 66,26% (18 event)
Nama program bahasa asing: 33,34% (9 acara)
*RCTI
Judul event dalam bahasa Indonesia/bahasa daerah: 76,20% (22 event)
Nama program bahasa asing: 23,80% (5 kegiatan)
*Indosar
Judul acara dalam bahasa Indonesia/bahasa daerah: 78,95% (15 acara)
Nama program bahasa asing: 21,05% (4 kegiatan)
*SKTV
Judul acara dalam bahasa Indonesia/bahasa daerah: 80,96% (17 acara)
Nama program bahasa asing: 19,04% (4 acara)
*TVRI
Judul event dalam bahasa Indonesia/bahasa daerah: 85,66% (26 event)
Nama program bahasa asing: 14,34% (4 acara)
*TPI
Judul event dalam bahasa Indonesia/bahasa daerah: 90% (18 event)
Nama acara dalam bahasa asing: 10% (2 acara)

Kami mengingatkan Anda bahwa setiap program televisi yang mengandung bahasa asing, meskipun hanya satu atau dua kata, dianggap sebagai program dalam bahasa asing.

Selain itu, berdasarkan perhitungan sederhana di atas, saya cukup terkejut melihat TPI berada di urutan teratas daftar saluran TV yang paling sedikit menggunakan bahasa asing dalam program yang disiarkannya. Awalnya saya mengira TVRI akan mengambil posisi yang paling masuk akal dalam memilih nama program tersebut.

Sebenarnya masih banyak lagi yang perlu dipertimbangkan. Pertama, berapa frekuensi pencampuran linguistik dari peristiwa individu. Jika pencampuran cukup tinggi bahkan pada acara dengan label lokal, dampak pencampuran pada masyarakat mungkin lebih besar daripada acara dengan judul asing yang frekuensi pencampuran bahasanya lebih rendah.

Kedua, seberapa besar kuota televisi di mata masyarakat. Saluran TV dengan audiens yang besar tentunya menciptakan lingkungan yang lebih linguistik. Sehingga, jika penonton saluran TV dengan tingkat pencampuran bahasa yang tinggi juga dapat berdampak pada terciptanya masyarakat yang gemar mencampur bahasa.

Namun, kecenderungan memilih nama peristiwa dalam bahasa asing menjadi salah satu faktor yang menentukan perilaku saat mencampur bahasa. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa penggunaan bahasa campuran lazim dalam setiap program yang diberikan. Dan dengan meningkatnya frekuensi menonton televisi di masyarakat, sikap masyarakat terhadap campur kode juga akan meningkat secara bertahap.
Diambil dari worldpres.com

Related Posts

0 Response to "Sosiolinguistik : Campur Kode Bahasa"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel